CATATAN GURU PENDAMPING AKADEMIK -KOMUNIKASI YANG MEMBERDAYAKAN-

EKSPLORASI KONSEP - KOMUNIKASI YANG MEMBERDAYAKAN
Oleh : Supyanto

Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak, Semoga saja ada dalam keadaan sehat walafiat, selalu ada dalam lindungan Allah SWT. Tibalah saatnya kita membahas tentang komunikasi yang memberdayakan. Secara umum komunikasi dapat diartikan sebagai proses meneruskan informasi atau pesan dari satu pihak kepihak yang lain dengan menggunakan media kata, tulisan ataupun tanda peraga. Komunikasi dapat terjadi satu arah dan dua arah, dimana ada peran pemberi pesan dan penerima pesan.

Dalam bukunya Beck, Benet dan Wall mendeskripsikannya sedemikian: Komunikasi adalah tentang diri kita, berawal dari dalam kita dan melalui kita. Komunikasi merepresentasikan keinginan diri kita untuk memiliki arti dan memberikan arti bagi kehidupan. Makna komunikasi menjadi lebih luas dan dalam ketika ada keinginan dari dalam diri manusia yang mendorong komunikasi mereka untuk menjadi lebih berdampak bagi kehidupan baik sang pemberi pesan ataupun penerima pesan, yakni komunikasi yang memberdayakan potensi setiap pihak sehingga dapat menghasilkan perubahan arti kehidupan. Komunikasi yang sedemikian dapat membentuk relasi, menciptakan kenyamanan, dan menghasilkan kreativitas serta kemerdekaan.

Ada 4 unsur utama yang mendasari prinsip komunikasi yang memberdayakan:
1)  Hubungan saling mempercayai
Rasa aman dan nyaman akan hadir dalam sebuah hubungan jika ada rasa saling memperhatikan baik keadaan pribadi atau kesejahteraan profesionalnya. Bagi murid, bahwa kita peduli pada kualitas belajarnya akan membuat murid berasumsi bahwa komunikasi kita bertujuan untuk perbaikan mutu. Kepercayaan merupakan jalan dua arah.
2)  Menggunakan data yang benar
Dalam setiap komunikasi diperlukan data yang benar dan dinamika yang sesuai. Tanpa gambaran akurat tentang pesan atau masalah yang sedang dibahas, maka kesan subjektivitas akan hadir dalam proses komunikasi.
3)  Bertujuan menuntun para pihak untuk optimalisasi potensi
Komunikasi memberdayakan seyogyanya menuntun rekan bicara kita untuk mampu berefleksi atas diri mereka dan mengenali pesan atau isu yang dibahas dengan benar. Rasa kepemilikan dan tanggung jawab atas pesan dari proses komunikasi yang ada akan membuat dampak pada jangka yang lebih panjang.
4)  Rencana tindak lanjut atau aksi
Jika diperlukan, buatlah rancangan konkrit sebagai hasil dari proses komunikasi. Hal ini sebagai bentuk komitmen dari sebuah komunikasi yang bertujuan positif dan efektif.

Mari kita berefleksi sejenak:
Apakah komunikasi kita sehari-hari, secara khusus sebagai seorang pendidik sudah memberdayakan dan efektif? Adakah hasil positif dan transformatif lewat percakapan kita dengan murid di sekolah?

Bapak/Ibu CGP, coaching adalah salah satu kompetensi pemimpin di abad 21 yang perlu untuk terus dikembangkan, dan lewat keterampilan berkomunikasi yang terus diasah, kita dapat memberdayakan potensi murid kita sehingga baik mereka ataupun diri kita sendiri dapat optimal dalam belajar dan berkarya.

Pada bagian ini, kita akan membahas empat aspek berkomunikasi yang perlu kita pahami dan kita latih untuk mendukung praktik Coaching kita. 
A. Komunikasi asertif
B. Pendengar aktif
C. Bertanya efektif
D. Umpan balik positif

Penjelasan masing-masing aspek komunikasi akan dijelaskan pada halaman berikutnya.
A. Komunikasi Asertif
Ketika berkomunikasi dengan orang lain, tidak selalu apa yang kita harapkan akan berjalan dengan lancar. Ada saja hambatan yang datang dan seringkali hasil komunikasi tersebut tidak dapat memuaskan semua orang. Hal ini dapat terjadi karena sikap berkomunikasi yang berbeda satu sama lain, dan tidak semua orang dapat secara mudah mengungkapkan apa yang ada di benaknya dengan tepat. Kita perlu memahami tipe umum manusia berkomunikasi agar kita dapat memberikan respon yang tepat.

Apakah gaya komunikasi Anda? Mengapa Anda berpikir demikian?
Salah seorang CGP menjawab bahwa, sebelum saya menyaksikan video di atas saya menyadari selama ini gaya komunikasi saya lebih cenderung ke submitif atau pendengar pasif dimana saya selalu memposisikan diri saya sebagai staf atau bawahan sehingga dalam menyampaikan pendapat atau berkomunikasi dengan orang lain saya selalu merasa bahwa apa yang saya ucapkan takut menyinggung perasaan lawan bicara maka saya menyadari betul kemampuan saya susah untuk berkembang karena salah satunya gaya bicara atau komunikasi saya yang sifatnya submitif, tetapi setelah mempelajari modul ini saya menyadari bahwa mulai sekarang saya akan mulai merubah gaya bicara saya yang tadinya dari submitif menjadi asertif, dimana saya harus mampu menyesuaikan antara gaya bicara agresif dan pasif yang akan menimbulkan sifat tegas dalam diri saya tapi mampu menjadikan pernyataan - pernyataan saya menjadi sebuah solusi yang tepat dikala komunikasi terjadi.

Langkah-langkah yang perlu dipelajari untuk menjadi komunikator yang asertif. CGP yang lain menjawab Untuk menjadi komunikator yang asertif, maka langkah-langkahnya sebagai berikut : 1.  Tumbuhkan rasa percaya diri dalam menyampaikan pesan,  2. Tanamkan dalam diri kita bahwa kita memiliki hak yang sama untuk berpendapat, 3. Kita harus tegas dengan pesan yang ingin disampaikan tanpa harus melukai orang lain, 4. Pahami dan tingkatkan rasa empati kita terhadap pesan orang lain, 5. Sampaikan pesan kita dengan disertai solusi yang menenangkan mitra wicara 

Berkomunikasi secara asertif akan membangun kualitas hubungan kita dengan orang lain menjadi lebih positif karena ada pencapaian bersama dan kesepakatan dalam pemahaman dari kedua belah pihak. Kualitas hubungan yang diharapkan dibangun atas rasa hormat pada pemikiran dan perasaan orang lain.

Dalam coaching, sebagai seorang coach kita akan menghendaki adanya hasil yang dicapai dan ada kalanya coachee kita (murid) merasa tidak suka atau merasa ragu serta tertekan dengan komunikasi yang hendak dibangun. Karenanya, sebuah pemahaman komunikasi asertif perlu dibangun agar timbul rasa percaya dan aman. Ketika rasa aman itu hadir dalam sebuah hubungan coach and coachee, maka coachee akan lebih terbuka dan menerima ajakan kita untuk berkomunikasi. Keselarasan pada tujuan mulai terbangun.

Dalam usaha membangun keselarasan berkomunikasi, coach juga perlu belajar menyamakan posisi diri pada saat coaching berlangsung. Beberapa tips singkat yang dapat seorang coach lakukan:
1.  Menyamakan kata kunci
Memperhatikan kata kunci dalam pembicaraan memberikan kesan penerimaan hubungan coach dan coachee. Disini awal keberhasilan coaching sebab coach dan coachee mampu menyesuaikan diri dan membangun relasi.
Kata-kata kunci biasanya merupakan kata-kata yang diulang-ulang atau ditekankan oleh coachee dan ini biasanya terkait dengan nilai kehidupan. Coach dapat menggunakan kata-kata kunci ini untuk membimbing coachee untuk mencapai tujuannya.
Sebagai contoh, jika murid menggunakan bahasa dan istilah kekinian dalam bercerita, kita dapat juga menggunakan istilah yang dipakai ketika kita bertanya untuk mengklarifikasi pernyataannya.
Misal: “Pikiranmu ternyata mudah ambyar ya Nak. Bisa kamu ceritakan apa faktor yang mudah sekali membuat konsentrasi belajarmu di kelas ambyar?”; “Seberapa kecewanya kamu dengan lebaynya teman yang kamu ceritakan tadi?”
2. Menyamakan bahasa tubuh

Bahasa tubuh memainkan peran penting dalam komunikasi sebab hal ini dalam menentukan bagaimana rekan bicara kita akan menanggapi dan berhubungan selanjutnya dengan kita. Bahasa tubuh disini meliputi mimik wajah, suara, postur tubuh, ataupun gerakan tubuh lainnya.

Coach dapat memberikan tanda setuju secara tidak langsung pada apa yang disampaikan coachee dengan senyum atau dengan anggukan. Jika coachee kita sedang bersandar ke lengan kursi misalnya, coach juga dapat mengikuti gerakannya. Ketika coachee sedang bersemangat bercerita dan mencondongkan tubuhnya ke depan, kita juga usahakan  mengikutinya. Kegiatan penyamaan ini perlu dilakukan dengan halus dan tidak kentara agar coachee tidak merasa ditiru.
3. Menyelaraskan emosi
Setelah kata dan bahasa tubuh yang kita selaraskan, emosi pun perlu kita usahakan untuk diselaraskan, terutama ketika coachee mengucapkan hal-hal yang emosional. Hal ini akan membuat coachee merasa coach-nya ada pada pihaknya dan mengerti perasaannya.

Contoh:
Murid : “Saya sudah gak bisa kerja sama Toni lagi Bu. Dia tidak pernah menerima ide yang saya berikan.”
Guru  : “Ya, Ibu dapat memahami perasaan kamu. Tidak semua orang dapat dengan mudah menerima pendapat orang lain.”
Komunikasi asertif membangun relasi. Relasi baik dan positif yang terbentuk akan menjadi modal utama dalam process coaching.

Setelah mempelajari bagian ini apa pemahaman Anda mengenai makna dari membangun sebuah komunikasi asertif dengan murid?
Pada uumnya CGP menjawab pemahaman saya mengenai membangun komunikasi assertif dengan murid adalah dimana pada sebuah komunikasi yang terjadi itu kita harus mampu menyesuaikan diri kita sebagai cooach dengan murid kita sebagai cooche, dimana kita masuk dan merasakan apa yang menjadi pembicaraan kita, dengan kata lain kita sepenuh hati berfokus pada hal yang dibicarakan sehingga adanta interaksi timbal balik yang sejalan antara coach dan cooche tersebut, untuk menjadikan komunikasi kita menjadi komunikasi yang assertif kita sebagai coach harus mampu
1. menemukan kata kunci untuk menyamakan persefsi arah pembicaraan
2. menyamakan bahasa tubuh sebagai bukti kita sepenuh hati masuk dan berada dalam pembicaraan tersebut
3. menyelaraskan emosi.

B. Pendengar aktif
Bacalah kutipan berikut ini. Tuliskan pemahaman Anda
I know that you believe you understand what you think I said but I am not sure you realise that what you think you heard and it is not what I meant
~ Alan Greenspan
(Saya tahu bahwa anda percaya diri bahwa anda memahami apa yang anda pikir saya katakan, namun saya tidak yakin bahwa anda menyadari bahwa apa yang anda pikir sudah didengar, dan ini bukanlah yang saya maksudkan)
Apa yang Anda tangkap dari kutipan ini? Ceritakan pemahaman Anda dengan bahasa Anda sendiri.

Salah seorang CGP berpendapat Saya menangkap maksud ungkapan tersebut menjelaskan bahwa pikirkan kita yang dikemas melalui bahasa yang disampaikan belum tentu diperhatikan dan dipahami oleh orang lain walaupun kita paham maksud pikiran seseorang.  Dalam bahasa yang saya pahami terkadang seseorang percaya diri bahwa ia sudah mampu memahami oleh orang lain dalam kurun waktu dari  apa yang orang lain katakan, namun seseorang belum tentu menyadari bawha apa yang dipikirkan dapat didengar atau diperhatikan oleh orang lain. Hal ini, pernah saya alami, saat teman saya meminta bantuan untuk menyusun 

PTK dalam kurun waktu tertentu, saya kurang punya waktu untuk membuat PTK, saya sampaikan dengan permintaan maaf, sambil memberi solusi lain, bahwa saya dapat membantu setelah pekerjaan saya selesai. Namun, teman saya salah terima, dikiranya saya memang tidak mau membantu. Itulah, apa yang saya maksudkan untuk membantu namun dianggap seperti tidak mau membantu.

Salah satu keterampilan utama dalam coaching adalah keterampilan mendengar. Seorang coach yang baik akan mendengar lebih banyak dan kurang berbicara. Dalam sesi coaching kita perlu fokus bahwa pusat komunikasi adalah pada diri coachee, yakni murid kita. Dalam hal ini, seorang coach harus dapat mengesampingkan agenda pribadi atau apa yang ada dipikirannya termasuk penilaian terhadap coachee.

Terdengar mudah ya untuk dilakukan? Kita hanya perlu untuk duduk berhadapan dengan mereka dan mendengar apa yang mereka sampaikan. Namun apakah sungguh semudah itu? Dapatkah kita dengan sungguh mendengar mereka dan tidak mendengarkan apa yang ada dipikiran kita sendiri? 
Ketika kita mendengarkan lawan bicara kita, hal-hal yang kita dengar dari mereka antara lain:
Pesan yang disampaikan, baik yang terungkap langsung ataupun yang tersirat
Emosi dan perasaannya
Pikirannya
Bahasa tubuh dan mimik wajah
Nila-nilai yang menghidupi diri mereka
Usaha dan hasil yang dicapai
Materi lainnya yang disampaikan

Tantangan kita ketika mendengarkan ada pada kemampuan kita menangkap pesan yang disampaikan lewat ragam gaya komunikasi mereka. Karenanya, kita juga perlu mengerti beberapa teknik mendengarkan aktif, sehingga kita mampu menangkap pesan-pesan yang disampaikan.

Berikut adalah 5 Teknik mendengarkan aktif
1. Memberikan perhatian penuh pada lawan bicara kita dalam menyampaikan pesan.  Pesan yang disampaikan bisa terkomunikasikan secara verbal maupun non-verbal. Karenanya, sebagai coach kita perlu fokus dan komitmen diri pada awal sesi.
2. Tunjukkan bahwa kita mendengarkan. Bahasa tubuh dan respon kita dapat secara efektif menyampaikan pesan kepada lawan bicara kita bahwa kita memperhatikan setiap pesan yang disampaikan. Contoh bahasa tubuh dan respon kecil yang menunjukkan bahwa seseorang mendengarkan secara aktif:
Respon singkat – ‘oh’ , ‘iya’, ‘hm…”
Anggukan kecil – tanda mengerti apa yang disampaikan
Raut wajah positif – senyum
Kontak mata – jaga kontak mata
Postur tubuh – condong ke arah rekan bicara kita dan hindari melipat tangan di depan dada
Gerakan tubuh – hindari menggoyangkan jari atau kaki
3. Menanggapi perasaan dengan tepat. Nada positif dan berikan afirmasi kepada apa yang disampaikan oleh rekan bicara kita. Fokus kepada masalah atau topik yang disampaikan. Contoh: “Saya merasakan apa yang kamu alami saat ini.”, “Sepertinya kamu telah menangani masalahmu dengan cukup baik.”, “Saya kagum dengan usahamu.”
4. Parafrase Ini digunakan ketika kita hendak menegaskan kembali makna pesan yang disampaikan dengan menggunakan kalimat kita sendiri. Contoh: Murid: “Saya kecewa orang tua saya tidak pernah mau mengurusi sekolah saya.” Anda: “Jika boleh Ibu simpulkan, kamu ingin ayah ibu mu aktif mendampingi kamu dalam pemilihan jurusan dan sekolah?”
5. BertanyaPendengar aktif akan mengajukan pertanyaan untuk mendorong lawan bicaranya menguraikan lebih lagi keyakinan atau perasaannya. Pada saat inilah diperlukan keterampilan bertanya sehingga mampu menggali lebih dalam potensi yang dimiliki oleh rekan bicara kita. Bagian ini akan kita bahas pada aspek komunikasi yang memberdayakan berikutnya.

C. Bertanya Efektif
Apa sulitnya ya bertanya? Tiap hari kita mengajukan pertanyaan, baik kepada orang lain di sekeliling kita dan kepada diri kita sendiri. Coba kita pikirkan bersama, mengapa keterampilan bertanya perlu untuk dipelajari?

‘Bertanya’ pada coaching merupakan kemampuan bertanya dengan tujuan tertentu. Bukan sekedar jawaban singkat yang diharapkan, namun pertanyaan yang diberikan dapat menstimulasi pemikiran coachee, memunculkan hal-hal yang mungkin belum terpikirkan sebelumnya, mengungkapkan emosi atau nilai dalam diri dan yang dapat mendorong coachee untuk membuat sebuah aksi bagi pengembangan potensi diri.
Selanjutnya, buatlah 2 contoh dari masing-masing jenis pertanyaan efektif berikut. Setelah Anda memahami dan mempraktekan cara membuat pertanyaan yang efektif, kita juga perlu tahu beberapa bentuk pertanyaan yang sebaiknya kita hindari dalam proses coaching karena bentuk pertanyaan tersebut dapat menghambat keberhasilan coachee dalam proses coaching.

1. Pertanyaan tertutup
Jenis pertanyaan ini hanya akan membuat coachee menjawab dengan Ya dan Tidak, atau hanya berespon dengan 1 kata. Jika pertanyaan Coach seperti demikian maka pikiran coachee akan kurang atau bahkan tidak terstimulasi. Coachee akan mendapatkan hambatan dalam mengeksplorasi pilihan dan potensi mereka untuk bergerak maju dan membuat aksi.
JIka kita bertanya: “Apa kamu akan melanjutkan pendidikan ke universitas negeri?”, Murid kita akan cenderung menjawab ”Ya” atau hanya mengangguk.
Namun jika kita bertanya, “Apa yang sudah kamu rencanakan untuk studimu setelah lulus SMA?”, murid kita akan terstimulasi untuk memberikan jawaban yang terelaborasi.

2. Pertanyaan yang mengarahkan
Pertanyaan ini seperti menyiratkan jawaban yang kita harapkan keluar dari respon coachee. Kecenderungan seorang guru dalam bertanya adalah dengan memberikan arahan sehingga murid kita mampu menjawab sesuai yg diharapkan. Dalam sesi coaching, peran kita yang sedemikian harus ditanggalkan.
Ingat bahwa dalam coaching, tugas coach adalah memfasilitasi coachee untuk mencapai tujuan yang dia inginkan, bukan yang coach inginkan.
Contoh pertanyaan mengarahkan: “Sepertinya kita perlu mendiskusikan jadwal pelaksanaan kegiatan sosial yang kamu rancang.”
Pertanyaan alternatif: “Dari kegiatan-kegiatan yang akan kita diskusikan saat ini, mana yang perlu kita bahas terlebih dahulu?”
Contoh lainnya: “Kamu tidak jadi mengambil kursus memasak kan?”
Pertanyaan alternatif: “Apa manfaat yang akan kamu dapat jika kamu mulai kursus memasak?”

D. Umpan Balik Positif
Umpan balik dalam coaching bertujuan untuk membangun potensi yang ada pada coachee dan menginspirasi mereka untuk berkarya. Coachee memaknai umpan balik yang disampaikan sebagai refleksi dan pengembangan diri. Secara khusus diberikan pada coachee ketika dalam process coaching, ada hal-hal yang tidak terduga muncul atau hasil dari coaching ini berbeda dari yang coachee pikirkan.
Dorongan positif diperlukan agar coachee meneruskan hasil coaching ini sampai pada tahap aksi. Bentuk umpan balik dapat disampaikan dalam beberapa cara dengan aspek-aspek berikut (Pramudianto, 2015):
1. Langsung diberikan saat komunikasi.
Contoh: “Wah bagus ucapanmu yang baru saja kamu sampaikan.”
2.  Spesifik – fokus pada apa yang dikatakan
Contoh: “Hal ini sepertinya belum diungkapkan sebelumnya. Ayo kita coba bicarakan hal ini lebih lagi. Ini dapat menjadi alternatif lain untukmu.”
3. Faktor emosi – mengikutsertakan emosi yang dirasakan
Contoh: “Ah.. saya ikut gembira mendengar pencapaian mu dalam kerja kelompok kemarin.” “Situasimu terdengar sulit. Mari perlahan kita bicarakan agar kamu bisa mendapatkan alternatif dari situasi ini.”
4. Apresiasi – menyertakan motivasi positif
Contoh: “Kamu bisa Nak. Kamu pasti bisa menjalankan komitmenmu. Kamu sudah berjalan sejauh ini, dengan perencanaan yang lebih baik, kamu dapat menyelesaikan tantangan ini.”
Coaching adalah sebuah kegiatan komunikasi pemberdayaan (empowerment) yang bertujuan membantu para coachee dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya dalam mencari solusi dari permasalahan yang dihadapi agar hidupnya menjadi lebih efektif. Kemampuan berkomunikasi menjadi kunci dari proses coaching sebab pendekatan dan teknik yang dilakukan dalam coaching merupakan proses mendorong dari belakang sehingga coachee dapat menemukan jawaban dari apa yang dia temukan sendiri (Pramudianto, 2015), bukan dengan diarahkan atau digurui. Inilah yang menjadi keunikan coaching.
Semoga bisa menambah informasi  dan menginspirasi kita semua….

Bekasi, 15 Maret 2021
Guru Blogger

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Latihan Praktik Coaching

Eksplorasi Konsep Coaching (1)

Catatan Asesor Akreditasi Hari Ke 24 : Akreditasi Bermutu Untuk Pendidikan Bermutu