TIRTA Sebagai Model Coaching

Eksplorasi Konsep - TIRTA Sebagai Model Coaching

Oleh : Supyanto

Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak,

Terima kasih Anda masih meluangkan waktu untuk bereksplorasi secara mandiri mengenai konsep coaching di konteks pendidikan dan komunikasi yang memberdayakan sebagai salah satu keterampilan dasar coaching.  Sekarang, saatnya Anda mempelajari tentang satu model coaching yang akan Anda praktekkan yaitu TIRTA: satu model coaching untuk konteks pendidikan.

TIRTA dikembangkan dari satu model coaching yang dikenal sangat luas dan telah diaplikasikan, yaitu GROW model. GROW adalah kepanjangan dari Goal, Reality, Options dan Will. Pada tahapan 1) Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini, 2) Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee, 3) Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi. Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya. 

Model TIRTA dikembangkan dengan semangat merdeka belajar yang menuntut guru untuk memiliki keterampilan coaching.  Hal ini penting mengingat tujuan coaching yaitu untuk melejitkan potensi murid agar menjadi lebih merdeka. Melalui model TIRTA, guru diharapkan dapat melakukan praktik coaching di komunitas sekolah dengan mudah.


TIRTA kepanjangan dari

T: Tujuan

I: Identifikasi

R: Rencana aksi 

TA: Tanggung jawab

Dari segi bahasa, TIRTA berarti air. Air mengalir dari hulu ke hilir. Jika kita ibaratkan murid kita adalah air, maka biarlah ia merdeka, mengalir lepas hingga ke hilir potensinya. Anda, sebagai guru memiliki tugas untuk menjaga air itu tetap mengalir, tanpa sumbatan.

Tugas Anda adalah menyingkirkan sumbatan-sumbatan yang mungkin menghambat potensi murid Anda. Bagaimana cara Anda menjaga agar dapat menyingkirkan sumbatan yang ada? Jawabannya adalah keterampilan coaching.


Tujuan Umum

Tujuan Umum (biasanya ini ada dalam pikiran coach dan beberapa dapat ditanyakan kepada coachee)

Dalam tujuan umum, beberapa hal yang dapat coach rancang (dalam pikiran coach) dan yang dapat ditanyakan kepada coachee adalah:

a. Apa rencana pertemuan ini? 

b. Apa tujuannya? 

c. Apa tujuan dari pertemuan ini? 

d. Apa definisi tujuan akhir yang diketahui? 

e. Apakah ukuran keberhasilan pertemuan ini?

Seorang coach menanyakan kepada coachee tentang sebenarnya tujuan yang ingin diraih coachee.


Identifikasi

Beberapa hal yang dapat ditanyakan dalam tahap identifikasi ini adalah:

a. Kesempatan apa yang kamu miliki sekarang

b. Dari skala 1 hingga 10, dimana kamu sekarang dalam pencapaian tujuan kamu? 

c. Apa kekuatan kamu dalam mencapai tujuan

d. Peluang/kemungkinan apa yang bisa kamu ambil? 

e. Apa hambatan atau gangguan yang dapat menghalangi kamu dalam meraih tujuan? 

f. Apa solusinya?


Rencana Aksi

a. Apa rencana kamu dalam mencapai tujuan? 

b. Adakah prioritas? 

c. Apa strategi untuk itu? 

d. Bagaimana jangka waktunya? 

e. Apa ukuran keberhasilan rencana aksi kamu? 

f. Bagaimana cara kamu mengantisipasi gangguan?

TAnggungjawab

a. Apa komitmen kamu terhadap rencana aksi

b. Siapa dan apa yang dapat membantu kamu dalam menjaga komitmen? 

c. Bagaimana dengan tindak lanjut dari sesi coaching ini?

Model TIRTA

Dengan menjalankan metode TIRTA ini, harapannya seorang guru dapat semakin mudah dapat menjalankan perannya sebagai coach. Gambar model TIRTA berikut ini dapat membantu Anda agar lebih terarah dalam melakukan sesi coaching.

 


Setelah membaca materi, mari berefkleksi dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

Dari semua langkah dalam model TIRTA, langkah manakah yang menurut Anda paling menantang? Mengapa?

Salah seorang CGP berpendapat bahwa yang paling menantang menurut saya adalah rencana aksi, karena dalam membuat suatu rencana aksi diperlukan strategi atau cara-cara yang tepat agar tujuan bisa tercapai dengan baik. Selain itu,  dalam rencana aksi sebenarnya masih banyak yang perlu kita persiapkan, apalagi jika kita memiliki berbagai hambatan yang akan mempersulit rencana kita, di wasana kita dituntun untuk bisa membuat rencana alternatif.

CGP lain berpendapat bahwa yang paling menantang yaitu rencana aksi, karena dalam rencana aksi kita dituntut untuk dapat menerapkan keterampilan kita dalam coaching, kita juga perlu memberikan pertanyaan-pertanyaan  dan umpan balik mengenai rencana aksi sehingga coachee dapat mengotimalkan potensi yang dimiliknya dalam menyelesaikan permasalahan.

Ada juga yang berpendapat bahwa langkah yang paling menantang adalah langkah pada fase Rencana Aksi salah satu langkah ini sangat menantang karena memerlukan adanya planing dimana coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi. Membantu memilah dan memilih inilah yang memerlukan suatu tindakan yang tepat agar menjadi solusi yang efektif

Kendala apakah yang mungkin akan Anda hadapi ketika Anda menggunakan langkah-langkah dalam model TIRTA ketika berupaya melakukan sesi coaching dengan murid Anda di sekolah?

Salah seorang CGP berpendapat bahwa kendala yang mungkin akan saya hadapi ketika menggunakan langkah-langkah dalam model TIRTA dalam sesi coach adalah betanggung jawab bersama antara saya sebagi guru dan coachee yakni murid dalam menjalakan komitmen bersama demi tercapainya realisasi yang diharapkan. terkadang saya berfikir bahwa saya manusia biasa yang membawa emosi saya ke dalam kelas sehingga tak ingin diganggu oleh siapapun dan permasalahan orang lain.  

CGP yang mengemukakan bahwa kendala yang saya hadapi ketika menjajankan coaching dengan model tirta adalah :

1. Sikap tidak tebuka dari siswa membuat identifikasi masalah dan fakta-fakta nyata tentang siswa tidak jelas

2. kerjasama dengan coachee tidak berjalan baik karena rencana aksi tidak dijalankan dengan optimal

3. Tujuan dari coaching tidak dipahami oleh kedua belah pihak

4. coachee bersikap pasif pada permasalan yang terjadi

Yang lain berpendapat bahwa kendala yang mungkin akan saya hadapi ketika menggunakan langkah-langkah dalam model TIRTA dalam sesi coach adalah betanggung jawab bersama antara saya sebagi guru dan coachee yakni murid dalam menjalakan komitmen bersama demi tercapainya realisasi yang diharapkan. terkadang saya berfikir bahwa saya manusia biasa yang membawa emosi saya ke dalam kelas sehingga tak ingin diganggu oleh siapapun dan permasalahan orang lain. 

Selain itu ada juga CGP yang berpendapat bahwa kendala yang mungkin akan saya hadapi ketika saya menggunakan langkah-langkah dalam model TIRTA ketika berupaya melakukan sesi coaching dengan murid saya di sekolah adalah:

1. Memancing murid agar aktif ikut serta dalam proses choaching.

2. Memahami setiap murid yang berbeda-beda.

3. Membimbing dan mengarahkan murid dalam melakukan rencana aksi nyata.

Intinya bahwa semua CGP memiliki pandangan yang berbeda terhadap kesulitan dan kendala yang dihadapi. Tetapi yang paling penting bagaimana mengatasi permasalahan itu dengan mengedepankan langkah TIRTA sebagai alternative solusinya. Selamat dan terus belajar, semoga sukses….menjadi pembelajar sepanjang hayat. 


Bekasi, 16 Maret 2021

Guru Blogger


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Latihan Praktik Coaching

Praktik Coaching

Pembentukan Komunitas Praktisi untuk Melakukan Praktik Coaching (2)