Eksplorasi Konsep Coaching (1)

EKSPLORASI KONSEP TENTANG COACHING (1)

Oleh: Supyanto


Selamat datang Ibu dan Bapak pada kegiatan Eksplorasi Konsep, Anda akan melakukan kegiatan mandiri untuk mempelajari materi melalui kegiatan membaca dan menjawab pertanyaan, dan diskusi asinkron untuk menguatkan pemahaman Anda terkait materi yang dipelajari. Adapun Tujuan Pembelajaran Khusus dari pembelajaran ini:  

1. CGP dapat memahami konsep coaching dalam konteks pendidikan

2.  CGP dapat mengidentifikasi perbedaan antara coaching dengan mentoring dan konseling dalam konteks pendidikan

2. CGP dapat menunjukkan pemahaman tentang Komunikasi yang memberdayakan sebagai keterampilan dasar coaching

3. CGP dapat membuat pertanyaan-pertanyaan yang efektif dalam rangka coaching pada murid

4. CGP mendemonstrasikan pemahaman mengenai model coaching TIRTA

5. CGP mengidentifikasi langkah-langkah dalam model coaching TIRTA

6. CGP mampu menganalisa setiap proses coaching dan mengeksplorasi teknik yang digunakan dalam coaching.


Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak, Pada kegiatan Eksplorasi Konsep pertama, Anda akan melakukan kegiatan mandiri terkait materi yang dipelajari. Adapun materi yang akan dipelajari adalah:

1. Konsep Coaching dalam Konteks Pendidikan

2. Komunikasi Yang Memberdayakan

3. TIRTA Sebagai Model Coaching.

Tujuan Pembelajaran Khusus pada sesi 1 adalah: 

1. CGP dapat memahami konsep coaching dalam konteks pendidikan

2. CGP dapat mengidentifikasi perbedaan antara coaching dengan mentoring dan konseling dalam konteks pendidikan

Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak.

Sebagai seorang guru tentunya Anda sering menjumpai banyak kasus terkait murid. Kasus-kasus tersebut seringkali menjadi penghambat kemajuan murid dalam mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, respon cepat dari Anda sangat diperlukan.

Mari kita mulai modul coaching ini dengan mengirimkan tanggapan dari kasus-kasus yang mungkin terjadi di sekolah yang akan disampaikan pada forum diskusi ini. Tanggapan Anda tidak akan dinilai, melainkan digunakan sebagai pijakan para fasilitator untuk mengembangkan modul coaching ini agar sesuai dengan kebutuhan Anda.

1.1 Pengertian Coaching.

Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak,Untuk mengawali proses memahami konsep coaching ini, mari kita simak ilustrasi berikut:

Pak Amir adalah seorang pengemudi kendaraan di Kota Tangerang. Saat ini, ia mengantarkan Pak Handoko ke tempat tujuannya. Ternyata jalanan macet dan Pak Handoko tampak panik mengingat agendanya yang akan segera dimulai. Pak Amir menawarkan beberapa jalan alternatif dengan berbagai kemungkinan. Dengan berbagai pertimbangan, Pak Handoko akhirnya memutuskan untuk memilih satu jalan yang ia yakini lebih cepat dan lancar. Ternyata keputusan yang diambil Pak Handoko tepat. Jalanan lancar, dan Pak Handoko sampai di tempat tujuan tepat waktu.

Ilustrasi tersebut memperlihatkan bahwa untuk sampai ke tujuan dibutuhkan tindakan (action), dan terjadi perubahan (change) tempat. Ketika dikaitkan dengan aktivitas kehidupan sehari-hari, jika Pak Amir adalah seorang coach dan Pak Handoko adalah coachee, maka Pak Amir menolong dengan cara-cara tertentu, supaya Pak Handoko sampai ke sasaran yang dia inginkan. Dalam konteks ini, coaching adalah salah satu alat untuk menolong Pak Handoko. Selanjutnya, Pak Handoko lah yang membuat keputusan dengan cara yang diyakini dapat mencapai tujuannya.

Berangkat dari ilustrasi di atas, mari kita simak beberapa pengertian mengenai coaching. Para ahli mendefinisikan coaching sebagai:

sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999) 

kunci pembuka potensi seseorang untuk untuk memaksimalkan kinerjanya. Coaching lebih kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya (Whitmore, 2003)


Sebutkan prinsip-prinsip coaching yang dapat Anda ambil dari beberapa pengertian coaching yang telah disajikan!

Prinsip Coaching Berdasarkan dari beberapa pengertian di atas adalah

Kemampuan untiuk Menganalisa Masalah

Kemampuan Untuk Mengambil Solusi dari masalah yang dihadapi 

Seni Bertanya

Seni Menangkap Kata Kunci

Kemampuan untuk memberi motivasi 

Sebagai guru, pernahkah anda menerapkan prinsip-prinsip coaching tersebut di sekolah Anda? Jika jawaban anda "ya", berilah contoh dan penjelasanny

Ya, ketika ada siswa yang nggak mau mengerjakan soal katanya sulit, padahal belum di coba untuk mengerjakan. akhirnya saya bertanya kepada siswa tersebut kenapa tidak mengerjakan, jawabnya susah bu. kata saya, yang mana yang susahnya. kata siswa semuanya. coba kita lihat dulu dan baca dengan teliti serta fokus pada pertanyaannya ya. Setelah di baca lagi dengan fokus dan berdiskusi akhirnya dia paham dan mengerti apa yang harus dikerjakan. Bu, ternyata mudah ya mengerjakannya. 

Diskusi yang dilakukan adalah :

Bentuk soal : Seorang petani memiliki sepetak sawah. Ia mencangkul 1/4 bagian sawah. Kemudian, ia mencangkul lagi 2/4 bagian sawah. Berapa bagian sawah yang telah di cangkul petani?

Saya : Nak, kalau kamu tidak mengerjakan soal ini, kamu tidak akan pernah paham dengan penjumlahan pecahan dan mungkin kamu tidak akan mendapat nilai. Tapi kalau kamu mengerjakan soal ini, kamu akan paham dan akan menjadi pintar. soal ini ada agar ketika mendapat soal yang sama nantinya kamu bisa. 

Siswa : iya saya coba baca dengan teliti soalnya. ini ditambah ya bu.

Saya : iya, itu kamu bisa.

Siswa : tadinya saya takut salah.

Saya : jangan takut untuk mencoba, kegagalan itu hal yang biasa. setelah gagal kita bisa mencoba lagi.

Siswa : iya bu, terimakasih.


Selama saya menjadi seorang guru tentunya saya pernah menerapkan konsep Coach ini dimana pernah suatu peristiwa pernah terjadi dan dialami oleh murid saya di kelas 4 Sd, pada saat itu Murid saya datang ke kantor dan dia bilang bahwa dia kehilangan Uang tabungannya, pada saat itu kejadiaannya sedang jeda menuju mau masuk sekolah murid saya nangis dan berkata dia takut untuk pulang sekolah takut dimarahi karena uangnya hilang? 

Setelah itu saya bertanya pada murid saya aktivitas dari saat dia datang sampai jeda waktu dia mengetahui uang tabungannya hilang, dan ternyata terdapat keteledoran yang dilakukan murid tersebut dimana dia menyimpan buku tabungannya secara sembarang, singkat cerita tidak ada yang tahu siapa yang mengambil uang tabungan tersebut meski dengan cara memeriksa tas teman sekelasnya dan menanyai satu-satu, dan pada akhirnya guru mencoba menenangkan dan memberikan pemahaman contoh kasus dengan menceritakan sebuah cerita dari orang yang tidak mau berkata jujur, singkat cerita murid tersebut mengerti dan akan berkata jujur pada orang tuanya uang tabungannya hilang akibat keteledoran yang dia lakukan sendiri, dan murid saya pun akan lebih hati-hati dalam menyimpan buku tabungan dan hal lainnya, yang bisa menjadikan kesempatan untuk orang lain berbuat hal yang tidak baik.

Selain definisi-definisi yang diungkapkan oleh para ahli yang telah disebutkan di atas, International Coach Federation (ICF) mendefinisikan coaching sebagai:

“…bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif.”

Dari definisi ini, Pramudianto (2020) menyampaikan tiga makna yaitu:

1. Kemitraan. Hubungan coach dan coachee adalah hubungan kemitraan yang setara. Untuk membantu coachee mencapai tujuannya, seorang coach mendukung secara maksimal tanpa memperlihatkan otoritas yang lebih tinggi dari coachee.

2. Memberdayakan. Proses inilah yang membedakan coaching dengan proses lainnya. Dalam hal ini,  dengan sesi coaching yang ditekankan pada bertanya reflektif dan mendalam, seorang coach menginspirasi coachee untuk menemukan jawaban-jawaban sendiri atas permasalahannya.

3. Optimalisasi. Selain menemukan jawaban sendiri, seorang coach akan berupaya memastikan jawaban yang didapat oleh coachee diterapkan dalam aksi nyata sehingga potensi coachee berkembang.


Menyelami makna-makna yang terkandung dalam definisi coaching membawa kita pada pertanyaan, “Apakah dengan demikian coaching ini bisa diterapkan di dunia pendidikan sehingga bisa mengoptimalkan sumber daya yang ada, baik guru maupun murid?” Apakah guru dapat berperan sebagai coach? Mari kita sama-sama membahas bagaimana coaching ini diterapkan dalam konteks sekolah dan bagaimanakah peran guru sebagai coach.

1.2. Coaching dalam Konteks Sekolah.

Bapak /bu Calon Guru Penggerak,

Mari  kita bersama-sama mempelajari coaching dalam konteks pendidikan.

Ki Hadjar Dewantara menekankan bahwa tujuan pendidikan itu ‘menuntun tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya. oleh sebab itu peran seorang coach (pendidik) adalah menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Dalam proses coaching, murid diberi kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan arahan agar murid tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang ‘pamong’ dapat memberikan ‘tuntunan’ melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif agar kekuatan kodrat anak terpancar dari dirinya.

Dalam konteks pendidikan Indonesia saat ini, coaching menjadi salah satu proses ‘menuntun’ kemerdekaan belajar murid dalam pembelajaran di sekolah. Coaching menjadi proses yang sangat penting dilakukan di sekolah terutama dengan diluncurkannya program merdeka belajar oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. Program ini dapat membuat murid menjadi lebih merdeka dalam belajar untuk mengeksplorasi diri guna mencapai tujuan pembelajaran dan memaksimalkan potensinya. Harapannya, proses coaching dapat menjadi salah satu langkah tepat bagi guru untuk membantu murid mencapai tujuannya yaitu kemerdekaan dalam belajar. 

Masih terkait dengan kemerdekaan belajar, proses coaching merupakan proses untuk mengaktivasi kerja otak murid. Pertanyaan-pertanyaan reflektif dalam  dapat membuat murid melakukan metakognisi. Selain itu, pertanyaan-pertanyaan dalam proses coaching juga membuat murid lebih berpikir secara kritis dan mendalam. Yang akhirnya, murid dapat menemukan potensi dan mengembangkannya.

Murid kita di sekolah tentunya memiliki potensi yang berbeda-beda dan menunggu untuk dikembangkan. Pengembangan potensi  inilah yang menjadi tugas seorang guru. Apakah pengembangan diri anak ini cepat, perlahan-lahan atau bahkan berhenti adalah tanggung jawab seorang guru. Pengembangan diri anak dapat dimaksimalkan dengan proses coaching.

Coaching, sebagaimana telah dijelaskan pengertiannya dari awal memiliki peran yang sangat penting karena dapat digunakan untuk menggali potensi murid sekaligus mengembangkannya dengan berbagai strategi yang disepakati bersama. JIka proses coaching berhasil dengan baik, masalah-masalah pembelajaran atau masalah eksternal yang mengganggu proses pembelajaran dan dapat menurunkan potensi murid akan dapat diatasi.

Mengingat pentingnya proses coaching ini sebagai alat untuk memaksimalkan potensi murid, guru hendaknya memiliki keterampilan coaching. Keterampilan coaching ini sangat erat kaitannya dengan keterampilan berkomunikasi. Berkomunikasi seperti apakah yang perlu seorang coach miliki akan dibahas pada bagian selanjutnya dalam modul coaching ini. Selain keterampilan berkomunikasi, beberapa keterampilan dasar perlu dimiliki oleh seorang coach. International Coach Federation (ICF) memberikan acuan mengenai empat kelompok kompetensi dasar bagi seorang coach yaitu:

1. keterampilan membangun dasar proses coaching

2. keterampilan membangun hubungan baik

3. keterampilan berkomunikasi

4. keterampilan memfasilitasi pembelajaran


Empat keterampilan dasar seorang coach seharusnya dapat dimiliki oleh guru ketika memerankan diri sebagai coach.

Tentunya, sebagai guru, Anda sudah memiliki keterampilan-keterampilan dasar dari coaching.  Mari kita lakukan refleksi mengenai hal tersebut dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

Keterampilan manakah yang sudah anda kuasai?

Sampai disini, apakah konsep coaching sudah dapat dipahami? 

Mari kita pertajam pemahaman tentang konsep coaching dengan menyimak video dihalaman berikutnya, kemudian jawablah beberapa pertanyaan mengenai video tersebut. 

1.3. Perbedaan antara Coaching, Konseling, dan Mentoring dalam Konteks Pendidikan

Sebagai guru, Anda diharapkan menjadi pemimpin pembelajaran. Sebagai pemimpin pembelajaran, Anda tentunya harus memainkan banyak peran. Terkadang, untuk menghadapi murid, Anda harus menjadi seorang konselor. Suatu saat Anda juga diharapkan menjadi mentor. Selain itu, terkadang Anda juga harus menjadi seorang coach.

Ketika Anda harus menghadapi murid dengan berbagai potensinya dan Anda berupaya untuk memaksimalkan potensi tersebut, guru harus berperan sebagai seorang coach. Mengapa Anda harus berperan sebagai coach? Mengapa bukan konselor atau mentor? Tahukah Anda mengenai perbedaan di antara ketiga peran tersebut?

Untuk memahami perbedaan peran antara konselor, mentor, dan coach tersebut, mari kita simak video berikut ini, dan jawablah pertanyaan-pertanyaan mengenai video tersebut. 

Agar semakin memahami perbedaan antara mentoring, konseling, dan coaching, mari kita pelajari pengertian mentoring dan konseling berikut ini:

1. Definisi mentoring

Stone (2002) mendefinisikan mentoring sebagai suatu proses dimana seorang teman, guru, pelindung, atau pembimbing yang bijak dan penolong menggunakan pengalamannya untuk membantu seseorang dalam mengatasi kesulitan dan mencegah bahaya. Sedangkan Zachary (2002) menjelaskan bahwa mentoring memindahkan pengetahuan tentang banyak hal, memfasilitasi perkembangan, mendorong pilihan yang bijak dan membantu mentee untuk membuat perubahan.

2. Definisi konseling

Gibson dan Mitchell (2003) menyatakan bahwa konseling adalah hubungan bantuan antara konselor dan klien yang difokuskan pada pertumbuhan pribadi dan penyesuaian diri serta pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Sementara itu, Rogers (1942) dalam Hendrarno, dkk (2003:24), menyatakan bahwa konseling merupakan rangkaian-rangkaian kontak atau hubungan secara langsung dengan individu yang tujuannya memberikan bantuan dalam merubah sikap dan tingkah lakunya.

Jika Anda memperhatikan definisi-definisi mengenai mentoring dan konseling, kemudian membandingkannya dengan coaching, maka Anda dapat melihat perbedaan-perbedaan di antara ketiga metode pengembangan diri tersebut. Untuk lebih mudahnya, mari kita lihat tabel perbedaan antara coaching, mentoring, dan konseling berikut ini: 


Dari Tabel 1, kita dapat melihat perbedaan-perbedaan antara coaching, mentoring dan konseling. Perbedaan-perbedaan tersebut dilihat dari sisi tujuan, peran, dan keahlian.

Setelah menyimak perbedaan-perbedaan antara mentoring, konseling, dan coaching, mari melakukan refleksi dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut.


Sekarang, tentunya Anda sudah memahami bagaimana peran Anda sebagai seorang coach di sekolah. Sebagai seorang coach, mari berupaya menguasai keterampilan dasar seorang coach, salah satunya dengan menguasai keterampilan berkomunikasi yang memberdayakan sebagaimana akan dijelaskan pada materi selanjutnya.

Bekasi, 14 Maret 2021

Salam Blogger

 


Komentar

  1. sangat bermanfaat sekali tulisannya. Penyampaian informasi dan kalimat yang digunakan mudah dimengerti

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Latihan Praktik Coaching

Praktik Coaching

Pembentukan Komunitas Praktisi untuk Melakukan Praktik Coaching (2)