Pengembangan Soal AKM Literasi Membaca


PENGEMBANGAN SOAL AKM LITERASI MEMBACA
Oleh: Supyanto

Literasi membaca adalah kemampuan untuk memahami, menggunakan, mengevaluasi, merefleksikan bentuk-bentuk teks tertulis yang dibutuhkan oleh masyarakat dan/atau dihargai oleh individu. Pembaca dapat membangun makna dari teks dalam berbagai bentuk. Mereka membaca untuk mengembangkan pengetahuan dan potensi serta untuk berpartisipasi dalam masyarakat sebagai warga negara Indonesia dan dunia. 

Kemampuan individu memahami teks dipengaruhi oleh kecakapan mereka dan kesanggupan mereka mengolah informasi.Kemampuan literasi membaca untuk perserta didik harus ditingkatkan. Dengan kemampuan literasi yang dimiliki, peserta didik dituntut mampu merefleksikan beragam informasi penting yang diperoleh untuk bekal berpartisipasi dalam lingkungan ilmu pengetahuan dan teknologi serta untuk pengembangan kapasitas diri. Selain itu, kemampuan literasi membaca juga diharapkan mampu membentuk karakter, menggali kemampuan berpikir kritis dan kreatif, dan mampu menumbuhkan partisipasi secara positif dalam komunikasi dan kerjasama. 

Pada era informasi saat ini, aktivitas literasi membaca membutuhkan tingkat berpikir yang lebih tinggi (higher order thinking). Perkembangan dunia ilmu pengetahuan membutuhkan kognisi tinggi karena persaingan sosial dan ekonomi yang semakin ketat. Selain itu, peserta didik saat ini berada dalam jalur informasi palsu (hoax) yang meluas dan mudah untuk diakses. Oleh karena itu, perlu kemampuan literasi membaca yang memadai agar mampu mengatasi berbagai persoalan sosial dan akademik yang dihadapinya. 

Aspek penting dalam pelaksanaan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) pada literasi membaca adalah ketersediaan teks atau bacaan yang akan digunakan sebagai stimulus dalam penyusunan soal. Teks atau bacaan tersebut harus memenuhi kriteria tingkat keterbacaan yang baik dan berkualitas baik dari segi konten, bahasa, maupun penyajiannya. Jika dihubungkan dengan kecakapan hidup abad ke-21, teks atau bacaan yang digunakan dalam AKM harus mampu mengukur sekaligus menumbuhkan kecakapan berpikir kritis dalam pemecahan masalah, berkomunikasi, kreativitas dan inovasi, dan berkolaborasi. 
A. Konten Teks
Untuk kepentingan penyusunan soal AKM, konten teks dikelompokkan menjadi dua, yaitu teks sastra dan teks informasi. Melalui teks sastra peserta didik dapat memperoleh hiburan, menikmati cerita, dan melakukan perenungan untuk menghayati permasalahan kehidupan yang ditawarkan pengarang. Di sisi lain, melalui teks informasi peserta didik dapat memperoleh fakta, data, dan informasi untuk pengembangan wawasan dan ilmu pengetahuan yang bersifat ilmiah. 

1. Teks Sastra 
Teks sastra/fiksi naratif adalah karya imajinatif yang mengangkat persoalan-persoalan kehidupan manusia yang sudah dipadukan dengan imajinasi/subjektivitas pengarang untuk kepentingan hiburan. Sifat khas teks sastra ini adalah aspek referensinya, yakni imajinasi. Artinya, pernyataan yang terdapat di dalam teks sastra tidak dapat dianggap benar secara harfiah. 

Teks sastra menawarkan sebuah kehidupan yang diidealkan, dunia imajinatif, yang dibangun melalui berbagai unsur intrinsik, seperti alur, tokoh, latar, dan sudut pandang. Semua unsur tersebut sengaja dikreasikan oleh pengarang, dibuat mirip, diimitasikan dan dianalogikan dengan dunia nyata sehingga seolah-seolah sungguh ada dan terjadi. Tetapi, kebenaran dalam sastra (fiksi) tidak perlu disamakan dengan kebenaran dalam dunia nyata. Dunia sastra (fiksi) yang imajinatif dan dunia nyata yang faktual masing-masing memiliki sistem hukumnya sendiri (Nurgiyantoro, 2015). 

Teks sastra adalah teks-teks yang disusun dengan tujuan artistik dengan menggunakan bahasa lisan atau bahasa tulis. Cara penyajiannya menggunakan kata yang bermakna simbolik/majas/kias. Kata dan istilah yang tepat sesuai dengan konteks. Teks sastra memiliki karakteristik bahasa yang indah atau terorganisasi secara baik, dengan gaya penyajiannya menarik, ekspresif, dan estetis. 

Contoh teks sastra yang dapat digunakan sebagai stimulus bacaan dalam penyusunan soal AKM, antara lain cerita rakyat, legenda, fabel, mitos, fiksi ilmiah, satir, puisi, prosa, drama, novel, pantun, soneta, epos, cerita bergambar, cerita fantasi, ironi, lirik lagu, catatan perjalanan, dan biografi/autobiografi. 

2. Teks Informasi 
Teks informasi atau teks nonfiksi adalah teks yang ditulis berdasarkan data-data faktual, peristiwa-peristiwa, dan sesuatu yang lain yang benar-benar ada dan terjadi dalam kehidupan. Data dan fakta dalam teks informasi dapat berupa data dan fakta kesejarahan, kemasyarakatan, dan keilmuan bidang-bidang tertentu yang dapat dibuktikan kebenarannya secara empiris atau secara logika (Nurgiyantoro, 2015) 

Teks informasi terikat oleh kejelasan, ketepatan, ketajaman, dan kebenaran uraian. Teks informasi dapat disajikan dalam bentuk ulasan, penjelasan, deskripsi, analisis, uraian, dan penilaian yang dikemukakan secara rinci, mendalam, dan komprehensif terhadap suatu permasalahan (Nurgiyantoro, 2015). 

Teks informasi merupakan teks yang bertujuan untuk menambah wawasan, pengalaman, bersifat faktual, dan lugas (Sudaryat, 2009). Bahasa yang digunakan ilmiah, yakni bersifat denotatif dengan menunjuk langsung pada acuannya (Welek, 2014). Penyajiannya bersifat objektif dan logis karena berdasarkan fakta yang diambil dari ilmu pengetahuan serta fenomena-fenomena yang ada di sekeliling kita. 
Teks informasi adalah sekumpulan data atau fakta yang telah diproses dan dikelola sedemikian rupa sehingga menjadi sesuatu yang mudah dimengerti dan bermanfaat bagi penerimanya. Teks informasi bisa dilengkapi dengan gambar/foto, tabel, grafik, infografis, diagram, dan sebagainya. 
Contoh teks informasi yang dapat digunakan sebagai stimulus bacaan dalam penyusunan soal AKM, antara lain iklan, dokumen perusahaan/pemerintahan (nota dinas, undangan, kontrak, pemberitahuan, pengumuman, dan sebagainya), berita, artikel, laporan, pidato, buku pelajaran, pamflet, brosur, buletin, infografis, label (makanan/obat), resep (makanan/minuman), ulasan (resensi buku/film/drama), jurnal ilmiah, laporan penelitian ilmiah, buku panduan, dan editorial

B. Konteks Teks 
Konteks yang luas sangatlah berperan penting sehingga peserta didik dapat memahami, mengenali, dan menggunakan informasi untuk memperkaya pengetahuannya, baik sebagai individu maupun bagian dari masyarakat (sosial) yang selalu berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Peserta didik diharapkan mampu merefleksi beragam informasi yang ada di kehidupannya. Dengan demikian, bacaan-bacaan yang digunakan dalam penyusunan soal AKM harus mampu mengembangkan potensi individual dan sosial peserta didik dan sekaligus bermanfaat dalam pemecahan permasalahan kehidupan dirinya, masyarakat, maupun global. 

Untuk mencapai hal tersebut diperlukan pemahaman informasi yang dekat dengan peserta didik terkait dengan segala aspek kehidupan baik mengenai kearifan lokal, nasional, budaya, sains, teknologi, dan global. Oleh karena itu, bahan bacaan literasi AKM dapat mencakup tiga konteks, yaitu (a) konteks personal, (b) konteks sosial- budaya, dan (c) konteks saintifik. 

1. Konteks Personal 
Bahan teks atau bacaan dengan konteks personal adalah teks atau bacaan yang berisi peristiwa, latar, aksi, karakter, atmosfer/suasana, perasaan, ide maupun wawasan yang bersifat personal (individual). Isi bacaan pada konteks personal dapat berupa hobi, cita-cita, peristiwa atau pengalaman pribadinya, memilih/menentukan gaya hidup, pekerjaan/profesi, dan lain-lain yang bersifat personal (individual). Dengan konteks ini diharapkan peserta didik memiliki kemampuan literasi membaca dalam membentuk karakter dengan menggali kemampuan berpikir kritis dan kreatif dalam kehidupan pribadinya. 
Berikut ini contoh teks dengan konteks personal. 

Si Kikir dan Emasnya 
Cerita Rakyat oleh Aesop 
Seorang yang kikir menjual seluruh hartanya dan membeli segumpal emas yang dikuburnya di dalam sebuah lubang di samping sebuah dinding tua. Dia kemudian mengunjungi simpanannya itu setiap hari. Salah seorang anak buahnya memperhatikan hal ini dan memutuskan untuk mengintai gerak gerik si kikir. Anak buahnya ini kemudian mengetahui rahasia harta yang tersembunyi tersebut, dan mulai menggali, dan menemukan segumpal emas, dan dicurinya. Si kikir, pada kunjungan berikutnya, menemukan lubang yang sudah kosong dan mulai menarik-narik rambutnya dan meraung-meraung sejadi-jadinya. Seorang tetangga, yang melihat kejadian itu dan mengetahui apa penyebabnya, kemudian berkata, “Berdoalah dan jangan bersedih, ambillah segumpal batu, dan letakkan di dalam lubang itu, dan bayangkan seolah-olah emas itu masih berada di sana. Bagi kamu hal itu akan sama saja, karena sewaktu emas itu berada di sana, kamu tidak memilikinya, karena kamu sedikit pun tidak menggunakannya.” 

2. Konteks Sosial-Budaya 
Bacaan dengan konteks sosial-budaya yaitu bacaan yang mencerminkan pandangan masyarakat terkait kondisi sosial-budaya. Contohnya, mengenai informasi kondisi kultural suatu masyarakat atau suatu bangsa. Melalui teks-teks yang memuat informasi yang mencerminkan nilai-nilai sosial-budaya, individu diharapkan mampu mengenali dan memahami kondisi dan gejala-gejala sosial-budaya di dalam maupun di luar lingkungan masyarakatnya yang global. Isi bacaan pada konteks sosial- budaya dapat berupa transportasi publik, permainan tradisional, perekonomian, kebijakan publik, makanan khas, tarian, ataupun kebiasaan masyarakat, dan lain- lain yang meliputi sosial maupun budaya. Dengan konteks ini diharapkan peserta didik memiliki kemampuan literasi membaca untuk mengatasi berbagai persoalan sosial, budaya, dan akademik yang dihadapinya. 
Berikut ini contoh teks dengan konteks sosial-budaya 
  
3. Konteks Saintifik 
Bahan teks atau bacaan dengan konteks saintifik yaitu teks atau bacaan yang dapat meningkatkan kemampuan untuk memahami pengetahuan kecakapan ilmiah dengan mengidentifikasi pertanyaan, memperoleh pengetahuan baru, menjelaskan fenomena ilmiah, serta mengambil simpulan berdasar fakta, memahami karakteristik sains, kesadaran bagaimana sains dan teknologi membentuk lingkungan alam, intelektual, dan budaya, serta kemauan untuk terlibat dan peduli terhadap isu-isu yang terkait sains (OECD, 2016). Isi bacaan pada konteks saintifik ini dapat berupa ilmu ruang angkasa, ilmu medis/obat-obatan, kandungan gizi, ilmu fisika, cuaca/iklim, gejala alam, ilmu biologi, dan lain-lain yang terkait dengan ilmiah dan teknologi. 
Pada konteks ini peserta didik diharapkan memiliki kemampuan literasi membaca dalam memahami pengetahuan yang berkaitan dengan masalah sains, kemudian kemampuan menggunakan pemikiran sains tersebut sehingga dapat merefleksikan beragam informasi penting yang diperolehnya untuk berpartisipasi dalam lingkungan ilmu pengetahuan dan teknologi. 


Demikian pembahasan singkat tentang pengembangan soal AKM lierasi, semoga menambah wawasan anda. Terima Kasih.

Bekasi,  7 Maret 2021
Salam Blogger

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Latihan Praktik Coaching

Praktik Coaching

Pembentukan Komunitas Praktisi untuk Melakukan Praktik Coaching (2)