Praktik Coaching

Eksplorasi Konsep – Praktik Coaching

Oleh: Supyanto

Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak,

Setelah secara mandiri Anda mempelajari konsep coaching di konteks pendidikan, komunikasi yang memberdayakan dan model coaching, sekarang saatnya mendiskusikan hasil pemahaman Anda mengenai hal-hal tersebut.

Tujuan Pembelajaran kali ini diharapkan CGP mampu menganalisa setiap proses coaching dan mengeksplorasi teknik yang digunakan dalam coaching. Tentunya Anda sudah memahami mengenai coaching dalam konteks pendidikan, bagaimana komunikasi yang memberdayakan sebagai keterampilan dasar coaching, dan model TIRTA. Silakan renungkan pertanyaan-pertanyaan ini.

1. Adakah pergeseran paradigma berpikir Anda ketika menghadapi permasalahan yang dialami baik oleh rekan sesama pendidik maupun murid Anda?

2. Sebagai pendidik, mengapa Anda memerlukan keterampilan coaching selain keterampilan yang lainnya?

3. Pada situasi seperti apa Anda harus memerankan diri Anda sebagai seorang coach, mentor, atau konselor?

4. Salah satu prinsip coaching adalah kemitraan yang setara. Apakah kendala yang akan Anda hadapi ketika harus menempatkan diri Anda pada posisi yang setara dengan murid sebagai coachee?

Setelah merenungkan pertanyaan-pertanyaan di atas, mari kita dalami tentang materi coaching. Hal apa saja yang dapat dilakukan coach dalam membantu coachee mengenali situasi (permasalahan) yang dihadapi coachee?

Berdasarkan berbagai literature yang ada, yang bisa saya simpulkan bahwa Coach dalam membantu Cochee mengenali situasi permasalahan yang dihadapi Coochee dengan cara 

1.  Menetapkan Jadwal Coaching

Dalam menerapkan coaching alangkah baiknya kita menyusun jadwal yang terstruktur agar proses coaching dapat berjalan berkesinambungan. Dalam hal ini Human Capital Practitioner dapat berkoordinasi dengan bagian - bagian terkait untuk membuat jadwal coaching, menyesuaikan dengan kondisi myang paling efektif mencari waktu yang paling “longgar” di antara semua pihak yang terlibat coaching.

Proses pembuatan jadwal coaching membantu guru melaksanakan prosesnya secara teratur. Dengan proses coaching secara teratur memberikan manfaat melatih coach dan bahkan coachee dalam hal kedisiplinan dan tanggung jawab. Jadi, secara tidak langsung, guru dan murid saling menunjang

2. Membuat Pertanyaan Coaching

Dalam proses coaching terkadang seorang coach sering kali menanyakan beberapa pertanyaan yang kurang jelas, sehingga proses coaching tidak berjalan secara optimal. Dengan mengajukan pertanyaan yang tepat, seorang coach dapat mengerakkan & mengarahkan pemikiran coachee untuk menyelesaikan isu yang sedang mereka jalani. Pertanyaan yang Coach ajukan haruslah berisikan tentang pertanyaan yang terarah untuk mengarahkan cooche mencapai tujuannya salah satunya dengan pertanyaan model TIRTA.  

Dimana TIRTA dikembangkan dari satu model coaching yang dikenal sangat luas dan telah diaplikasikan, yaitu GROW model. GROW adalah kepanjangan dari Goal, Reality, Options dan Will. Pada tahapan 1) Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini, 2) Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee, 3) Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi. Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya. 

Model TIRTA dikembangkan dengan semangat merdeka belajar yang menuntut guru untuk memiliki keterampilan coaching.  Hal ini penting mengingat tujuan coaching yaitu untuk melejitkan potensi murid agar menjadi lebih merdeka. Melalui model TIRTA, guru diharapkan dapat melakukan praktik coaching di komunitas sekolah dengan mudah.

TIRTA merupakan kepanjangan dari

T: Tujuan

I: Identifikasi

R: Rencana aksi

TA: Tanggung jawab

Dari segi bahasa, TIRTA berarti air. Air mengalir dari hulu ke hilir. Jika kita ibaratkan murid kita adalah air, maka biarlah ia merdeka, mengalir lepas hingga ke hilir potensinya. Anda, sebagai guru memiliki tugas untuk menjaga air itu tetap mengalir, tanpa sumbatan.

3. Sediakan Tempat

Tempat merupakan sebuah sarana yang perlu diciptakan dan dipikirkan oleh seorang dalam melakukan coaching. Dengan memiliki tempat coaching yang layak, tentu saja akan mendukung suasana atau kondisi lebih tenang dan nyaman. Sehingga dapat dihindari, kondisi dimana seorang coachee menjadi tertutup & merasa kurang nyaman, yang ujungnya,proses coaching tidak akan mencapai hasil yang diharapkan. Apabila tempat coaching sudah tersedia,maka, proses coaching harapannya dapat memberikan suasana coaching yang lebih kondusif dan akhirnya mampu memberikan kesan positif terhadap isu yang sedang di hadapi,

Cara coach memberi respons terhadap situasi (permasalahan) yang dihadapi coachee? (perhatikan secara cermat sikap dan perilaku coach). Cara Coach Memberi Respons terhadap situasi permasalahan yang dihadapi Coochee adalah dengan Berkomunikasi secara asertif, dimana komunikasi secara asertif ini akan membangun kualitas hubungan kita dengan orang lain menjadi lebih positif karena ada pencapaian bersama dan kesepakatan dalam pemahaman dari kedua belah pihak. Kualitas hubungan yang diharapkan dibangun atas rasa hormat pada pemikiran dan perasaan orang lain.

Dalam coaching, sebagai seorang coach kita akan menghendaki adanya hasil yang dicapai dan ada kalanya coachee kita (murid) merasa tidak suka atau merasa ragu serta tertekan dengan komunikasi yang hendak dibangun. Karenanya, sebuah pemahaman komunikasi asertif perlu dibangun agar timbul rasa percaya dan aman. Ketika rasa aman itu hadir dalam sebuah hubungan coach and coachee, maka coachee akan lebih terbuka dan menerima ajakan kita untuk berkomunikasi. Keselarasan pada tujuan mulai terbangun.

Dalam usaha membangun keselarasan berkomunikasi, coach juga perlu belajar menyamakan posisi diri pada saat coaching berlangsung. Beberapa tips singkat yang dapat seorang coach lakukan:

1. Menyamakan kata kunci

Memperhatikan kata kunci dalam pembicaraan memberikan kesan penerimaan hubungan coach dan coachee. Disini awal keberhasilan coaching sebab coach dan coachee mampu menyesuaikan diri dan membangun relasi.

Kata-kata kunci biasanya merupakan kata-kata yang diulang-ulang atau ditekankan oleh coachee dan ini biasanya terkait dengan nilai kehidupan. Coach dapat menggunakan kata-kata kunci ini untuk membimbing coachee untuk mencapai tujuannya.

Sebagai contoh, jika murid menggunakan bahasa dan istilah kekinian dalam bercerita, kita dapat juga menggunakan istilah yang dipakai ketika kita bertanya untuk mengklarifikasi pernyataannya.

Misal: “Pikiranmu ternyata mudah ambyar ya Nak. Bisa kamu ceritakan apa faktor yang mudah sekali membuat konsentrasi belajarmu di kelas ambyar?”; “Seberapa kecewanya kamu dengan lebaynya teman yang kamu ceritakan tadi?”

2. Menyamakan bahasa tubuh

Bahasa tubuh memainkan peran penting dalam komunikasi sebab hal ini dalam menentukan bagaimana rekan bicara kita akan menanggapi dan berhubungan selanjutnya dengan kita. Bahasa tubuh disini meliputi mimik wajah, suara, postur tubuh, ataupun gerakan tubuh lainnya.

Coach dapat memberikan tanda setuju secara tidak langsung pada apa yang disampaikan coachee dengan senyum atau dengan anggukan. Jika coachee kita sedang bersandar ke lengan kursi misalnya, coach juga dapat mengikuti gerakannya. Ketika coachee sedang bersemangat bercerita dan mencondongkan tubuhnya ke depan, kita juga usahakan  mengikutinya. Kegiatan penyamaan ini perlu dilakukan dengan halus dan tidak kentara agar coachee tidak merasa ditiru.

3. Menyelaraskan emosi

Setelah kata dan bahasa tubuh yang kita selaraskan, emosi pun perlu kita usahakan untuk diselaraskan, terutama ketika coachee mengucapkan hal-hal yang emosional. Hal ini akan membuat coachee merasa coach-nya ada pada pihaknya dan mengerti perasaannya.

Komunikasi asertif membangun relasi. Relasi baik dan positif yang terbentuk akan menjadi modal utama dalam process coaching.


Praktek coaching model TIRTA dapat dipraktekkan dalam situasi dan konteks lokal kelas dan sekolah Anda. Tantangan utama Anda dalam melakukan praktek coaching model TIRTA adalah:

Praktek Coaching model TIRTA ini dapat dipraktekan dikelas saya tentunya dengan saya memperhatikan aspek tirta (Tujuan Umum, Identifikasi, Rencana Aksi, dan Tanggung Jawab) dalam setiap mengajukan pertanyaan kepada cooche, dan saya yakin bahwa saya bisa dan harus bisa menerapkan praktek coaching di kelas saya ini, tantangan utama dan hal yang paling besar mungkin dari diri saya sendiri, dimana pada intinya sejauh mana saya yakin dan mampu bahwa saya harus mulai bisa menerapkan praktek coaching ini, dimana saya harus keluar dari zona nyaman saya dan mulai menerapkan ilmu-ilmu serta wawasan baru yang saya dapatkan dari CGP ini.

Pihak  yang dapat membantu Anda melatih praktek coaching model TIRTA di kelas dan sekolah Anda adalah:

Pihak yang dapat membantu dan melatih praktek Coaching di kelas saya tentunya Fasilitator serta Pendamping dari CGP serta Rekan sejawat di CGP lainnya yang tentunya sudah terlebih dahulu mempelajari praktek Coaching ini, kemudian saya akan mencoba mencari sumber-sumber baru di Internet dan selain itu juga saya akan membahas dengan rekan kerja dan atasan di sekolah saya supaya kita bersama-sama melatih praktek Coaching ini.

Coaching sangat diperlukan dalam proses pembelajaran, karena coaching sangat tepat untuk mengembangkan potensi anak secara optimal dan maksimal.


Bekasi, 17 Maret 2021

Salam Blogger 


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Latihan Praktik Coaching

Pembentukan Komunitas Praktisi untuk Melakukan Praktik Coaching (2)